Skip to main content

Mantra Kurukuru


Hampir dua bulan pendidikan kami berikutnya berlokasi di suatu tempat yang kami terbiasa menyebutnya Cibogo. Menarik perjalanan kali ini. Keakraban kami terbentuk lewat kebersamaan di setiap kegiatan. Pun kekompakan kami dipaksa muncul menambah keakraban kami. Suka duka kami jalani, dari mulai sante-sante, "elek-elekan", suka ria, dan sebagainya. Begitu menyenangkan.

Namun... semua berubah ketika negara Api menyerang...

Ya.. begitulah kami menyebutnya ketika kami kedatangan tamu tak terduga (pembina) yang mengubah kebiasaan-kebiasaan kami yang sudah mulai menyenangkan untuk dinikmati menjadi penuh tekanan dan hukuman hehe... :D Tapi mungkin tak akan terasa menyejukkan dan barangkali juga akan membosankan kalau negara api tak menyerang kami. Terimakasih Negara Api, kami jadi punya kenangan, punya cerita.

Pasca serangan negara Api, kami hidup sejahtera. Rakyat mulai membentuk perkampungan. Kampung Wahidin terbentuk, disusul komplek Wahidin. Mereka hidup berdampingan dengan budaya masing-masing. Kampung, seperti halnya kampung memiliki perangkat desa dan bagian-bagiannya. Komplek? entahlah apa yang terjadi disana saya sebagai warga kampung lebih betah tinggal di kampung... ya sekadar asik-asikan aja sih ini :D

Meski demikian, kami kompak dalam satu hal. Turunnya Hujan, karena itu berarti kami bisa istirahat terbebas dari segala bentuk kegiatan haha... Maka ketika mendung datang, akan ramai terdengar teriakan "Kurukurukuru..", itulah mantra yang entah apa maksudnya haha.. :D

Ah seru sekali~
Alhamdulillah












Comments

Followers