Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Pendakian Ceremai (3078 mdpl)

Beberapa hari yang lalu kepenatan kerja membuat saya ingin sekali pergi ke suatu tempat yang damai untuk menyendiri. Rinjani pun menjadi pelampiasan, setelah mencari-cari informasi transport dan pendakian solo saya mulai mengumpulkan logistik. Beberapa hari sebelum keberangkatan rencana itu gagal total, tiba-tiba ada kawan yang mengajak saya ke Ciremai. Langsung saja karena Ciremai sendiri saya belum dan mumpung ada kawan maka bergantilah rencana itu menjadi pendakian Ciremai 24 - 26 Desember 2016. Informasi yang saya dapat, untuk mendaki Ciremai ini ada 3 jalur: Linggarjati, Palutungan, Apoy. Linggarjati katanya paling curam jadi otomatis tak dipilih. Palutungan jalur paling landai tapi paling panjang maka langsung saja memilih jalur ini.

Penistaan, which side are you?

Satu event yang dimulai dari perkataan seorang Gubernur yang dianggap "Penistaan". Lalu ada dua kubu muncul, pro dan kontra penistaan. Event yang memicu event-event berikutnya dari aksi hingga ajaran agama. Dari yang sembunyi-sembunyi menjadi terang-terangan.

New Hobby: Papercut

Sering bosan hingga seakan sedang mencari jati diri saya mencoba banyak hal. Hal yang menurut saya mendamaikan tentunya seperti menggambar, mendesain, mengedit-edit video, mengambil foto sekitar dan sebagainya. Lalu berawal dari lihat-lihat instagram saya tertarik dengan papercut dan kaligrafi (menggunakan dip pen). Cari-cari amunisi ke Paperclip ternyata untuk beli dip pen saja mahal sekali 400 ribuan itupun hasilnya belum tentu bagus yang itu artinya akan banyak membeli nantinya 😁. Maka bergantilah ke Papercut dengan harga terjangkau cuma beli cutter dan cutting mat plus kertas 200 ribuan.  Puas sekali. Saya mencoba beberapa seni papercut dan masih ingin mencoba lagi hehe..Yaa.. bisa dibilang asik sendiri sekadar mengusir drama yang bertebaran disekitar 😊 Papercut:

Good side and bad side

Saya kira sudah banyak yang memahami bahwa dalam hal sekecil apapun mengambil keputusan akam ada gejolak pertanyaan antara "akan dibuat baik atau buruk kah yang dipilih nantinya?". Keputusan kecil barangkali tak akan terasa hanya yang kiranya banyak pertimbangan didalamnya bakal terasa gejolak itu. Saya sebut saja istilahnya dengan Bad Side dan Good Side. Bad side itu ya nafsu atau ego pribadi misalnya seseorang bakal memilih yang banyak menghasilkan keuntungan materil, memilih yang indah baginya, memilih yang hanya disukai olehnya, memilih untuk banyak bersantai dan sebagainya. Good side itu ya yang pada mulanya muncul sebagai pertanyaan-pertanyaan untuk meng-counter bad side yang bisa muncul berdasarkan aturan, sisi kemanusiaan, dan sebagainya. Konflik bad side dan good side itu akan sangat terasa ketika apa yang dilakukan yang menurut seseorang benar berdasar aturan yang ada menjadikan ia minoritas dibandingkan sekitar hanya karena yang ia pilih adalah good side. Pi

Berbagi Kebahagiaan

Meneruskan tulisan saya tempo hari yang berjudul Tujuan Hidup dan  Menguasai Dunia , kali ini saya nemu ilustrasi yang agaknya kok tepat tentang tujuan hidup. Berkebalikan dengan mereka yang ingin "menguasai dunia" beberapa dari kita justru ingin menebar kebaikan dan melepaskan dunia sembari berbagi kebahagiaan bersama orang-orang disekitar atau dimana saja. Tujuan hidup seperti inilah yang bagi saya pribadi paling masuk akal untuk menebar kebaikan dan kebahagiaan sehingga kalau boleh hiperbolis ya semua orang di dunia saling berbagi kebahagiaan bukan malah berlomba atas kebahagiaan individu masing-masing. Ya saya tidak tahu sih apakah tujuan seperti itu bisa terwujud, rasanya kok tidak akan terwujud karena yang namanya setan saja tidak hanya dari golongan jin tapi juga manusia, entahlah jika saya salah memahami. Tapi ya itulah hidup di dunia.. Balik lagi ke ilustrasi, yang ingin saya bagi ke kawan-kawan adalah apa yang ada di dalam dua video ini. Video perta

Menguasai dunia

- Kelak kehidupan yang seperti apa yang ingin dicapai? Mau jadi apa? + Kebanyakan jawaban yang saya temui adalah "hidup tenang dan terjamin".  - Bagaimana mencapainya?  + Kebanyakan jawaban yang saya temui adalah "cari duit, naik jabatan, investasi, simpan ini itu.." Okelah silahkan, itu pilihan masing-masing. Tapi ada gak yang memiliki tujuan semisal:  - Membahagiakan orang tua? - Membuka lowongan pekerjaan?  - Menyejahterakan lingkungan sekitar? - Menyantuni fakir miskin? - Hidup harmonis dengan lingkungan sekitar? - Buka sekolah murah /gratis sekalian? - Buat Rumah sakit khusus orang tidak mampu? - Meminimalisir kemungkaran? Yang itu memang tujuan sedari awal bukan hanya untuk melegalkan "berburu duit/jabatan/prestige?" Kalau punya uang banyak sekali, lalu kenapa? bisa beli ini itu, lalu kenapa? bisa pergi kesana kemari, lha terus kenapa? Apa asiknya sendirian memiliki ini itu? Ambilah contoh seperti halnya tokoh anta

Meski satupun

Lebaran Ramadhan 2016 kali ini berbeda. Tak satupun yang saya temui kecuali kerabat dekat dan tetangga kiri-kanan. Selebihnya hanya berkeliling kesana-kemari. Menaiki motor tua yang setibanya disana ternyata menjadi rumah laba-laba sebab lamanya ditinggal merantau di ibu kota. Pergi ke SMA Negeri 1 Magelang, Taman Cempaka, Puri Asri, Pecinan, Alun-alun, SDIT, Sawah, Badakan, Lapangan Rindam, Tukang Cukur Rindam, Nasi Goreng Rindam, Stadion, UNTID, Kyai Langgeng, Menowo, dst... ini.. memori SMA :)

Tak habis pikir

Saya tak habis pikir dulu pernah lihat teman saya waktu SMA menyatakan rasa sukanya ke wanita yang dicintainya tapi tak menuntut apa-apa. Sekadar menyatakan lalu selesai. Saya tak mengerti apa maksudnya melakukan hal itu. Sampai pernah suatu hari mengalami sendiri dan malah jadi bingung ketika lawan bicara banyak mengirim tulisan rasa sukanya dan saya merasa "Wew.. sampai segitunya ya?". Tentu tak seperti itu hanya saja intinya seperti itu. Tak habis pikir adalah yang bersangkutan sudah memiliki pasangan dan alasan melakukan itu adalah "Daripada disimpan bertahun-tahun lamanya, dengan begini jadi lega". Hmm.. oke... Lalu kesempatan itu saya sisipkan penjelasan tentang "Tidak Berpacaran". Tanggapan yang tidak saya sangka adalah pertanyaan "Memang ada orang yang tidak pacaran?"

Sama

"Ngga aku kira aku dan Tia punya pola pikir yang sama. Tau kan kadang-kadang kita suka merasa pemikiran, pandangan atau apalah itu ternyata ada di orang lain entah lewat kita berbincang dengannya atau sekadar mengamati?" Kadang sih.. "Naah! itu yang aku rasakan kepada Tia" Cieeeee.. yaudahsih datangi dia berani gak? atau kalau kamu gugup berada dihadapannya ya langsung aja ke rumahnya atau mau lewat perantara? aku punya kenalan ustad nih hehe.. "Itu dia masalahnya Ngga. Setelah bertahun-tahun dulu waktu masih Semester 5 aku baru yakin ternyata dia sudah menyukai orang lain. Saat itu aku mundur Ngga. Tak mudah ternyata, semester 6 aku baru bisa lepas darinya. Salahku juga sih kenapa waktu itu terlalu penasaran haha.." Salah? kenapa salah? memang masalahnya dimana? "Di awal sudah aku katakan. Pemikiran kita mirip sekali bahkan dalam memandang hal remeh sekalipun." Teruuuuuus...? By the way, aku lagi dengerin orang curhat

Pesan lewat lagu

Masing-masing orang sudah terbiasa dengan musik/lagu. Ia sering diputar di radio-radio, juga di film-film sebagai bumbu. Situasi sedih misalnya kemudian diputar musik yang "menyedihkan" menambah suasana semakin sedih lalu sayup-sayup terdengar lagu berlirik sedih untuk semakin memantapkan suasana. Begitu juga untuk situasi yang lain bahagia dan semacamnya. Namun kalau ditanya atau disuruh menyanyi saya paling gak bisa karena yang saya nikmati dari lagu adalah musiknya, nadanya, bukan liriknya. Mungkin karena saya memahami emosi ketika mendengar lagu bukan dipengaruhi oleh liriknya tapi nada-nya, jadi tak terlalu tertarik dengan apa yang sebenarnya diucapkan si penyanyi. Maka saya heran kalau ada yang menyampaikan pesan lewat lagu sampai nangis-nangis misalnya. Bagi saya itu terlihat tak serius menyampaikan pesan. Sebab selain pesan ia juga memikirkan nada-nadanya, panjang-pendeknya kalimat, kapan berhenti juga ketukan dan sebagainya. Keseriusan macam apa kalau pesan di

Yang aneh kita atau mereka?

Nemu istilah baru bagi saya "ambivert", lalu cari tahu apa itu dan ketemulah artikel tentang kepribadian. Baca yang introvert tentang ciri-ciri orang introvert ada poin menarik. Sebelumnya saya pernah ketemu dengan orang "setipe" hanya bedanya kalau sudah nyambung dia terlalu banyak bicara sampai membicarakan hal-hal yang mungkin gak penting bagi orang lain tapi itu jadi pikiran kita. Cara pandang kami ternyata mirip atau bisa dibilang sama. Oke kembali lagi ke ciri-ciri orang introvert di artikel itu ada beberapa tapi dua yang saya kutip disini: Tidak bisa diajak bercanda/selera humor rendah. Hmm... hasil obrolan kami, bukan selera yang rendah justru tawa kami dipicu oleh humor yang tak biasa. Kalau cuma lelucon semacam "Ah lu kayak metromini, suka nelat" lalu ketawa, dimana letak lucunya? Hal-hal yang menggelitik bagi kami sering muncul dari joke spontanitas, cerdas, dan tak dibuat-buat/maksa.  Jarang banyak bicara, sekali bicara langsung gak ny

Gunung Gede (2958 mdpl)

Butuh piknik kata orang-orang. Oke! laksanakan! Berawal dari ngobrol-ngobrol biasa tentang keinginan naik gunung yang biasanya sering gak jadi. Cuman, gak asik kalau apa-apa selalu berakhir wacana. Maka dengan banyak kebingunan disana-sini, saya yang belum pernah naik ke Gede jadi koordinator pendakian. Entahlah kenapa bisa demikian dan bisa dibayangkan bagaimana bingungnya ditanya ini itu tentang Gunung Gede ditambah peserta yang belum kenal sama sekali kecuali beberapa. Jarak yang jauh memaksa komunikasi hanya via Whatsapp. Polemik demi polemik dijalani dengan penuh kebingungan. Ah nevermind...

Dalam Pelukan-Mu

Sederhana saja. Jalan-jalan menikmati pemandangan lalu berhenti sejenak sekadar duduk-duduk dibawah matahari yang tak terlalu terik berpayung pohon rindang. Ditemani mp3 favorit melepas tanya yang sudah banyak menumpuk. Tak sepenuhnya melepas hanya memaklumi ketidakmampuan diri menjawab: Kenapa? Kenapa? Kenapa? Pepohonan dan hewan itu nampak damai. Ah masak? Bagaimana jika ternyata mereka saling membinasakan? Kenapa ada mekanisme pertahanan diri jika mereka hidup damai? Dan kenapa hal semacam itu dipertanyakan? Kenapa? Bukankah hal itu sudah mafhum? Seperti apa yang seharusnya? Kenapa menjadi tak sama padahal mendamaikan dan menyelamatkan? Ahh... Pada akhirnya lantunan ayat-ayat Al-Quran lah yang mengusir tanya... :)

Menunggu memahami

Beranjak dewasa (mungkin) semakin banyak hal yang saya pahami berbeda dengan pemahaman saya yang dulu untuk hal yang sama. Seperti ketika saya begitu menginginkan sesuatu lalu ada proses menunggu didalamnya yang justru disaat akhir malah berubah menjadi tak begitu penting juga tak lagi diinginkan. Juga ketika memahami ilmu, banyak sekali yang kemudian justru paham (mungkin) ketika beranjak dewasa hingga "Owalah ternyata gini to..."seakan ingin mengulang kembali jaman dahulu ketika tak begitu paham. Namun menunggu paham ini juga rasanya menyelamatkan. Setidaknya ketika mendapat ilmu yang "sensitif" tak langsung menerima hingga pada titik kepemahaman yang berbeda untuk mengambil langkah seperlunya (subjektif sih).  Uniknya ada juga pemahaman yang tidak berubah hingga sekarang. Dan momen itu saya ingat sekali seperti ketika: Masih SD kala itu mungkin kelas 4 saya sakit lalu diantar Ibu ke rumah sakit naik becak dan saya bilang "Ah paling kalo udah

Perintah Agama vs Pemikiran

Serius dikit lah ya biar berisi blog ini :D. Kasus LGBT ini menjadi contoh yang baik untuk mengetahui pentingnya beragama dan membatasi "pikiran". Bagaimana beragam pendapat keluar, pro-kontra terhadap larangan LGBT. Alasan yang kontra banyak sekali misalnya:  - Cinta itu hak asasi manusia, kenapa harus dilarang, diatur? - Mereka juga tidak minta dilahirkan seperti itu - Gak kasihan apa? Coba kalau kamu dilarang jatuh cinta sama pacarmu? - dan lain sebagainya

Refleksi aneh

Penuh tanya tentang kondisi ane sekarang ini. Lebih tepatnya kondisi pemikiran, apakah ane itu "aneh" atau bagaimana?  Rasanya disaat lingkungan sekitar begitu sibuk dan serius membahas sesuatu sementara ane hanya menganggapnya sekadar "oh". Serius membahas kondisi bangsa yang begini begitu dan ane hanya "ah ane gak kompeten bahas gituan, bahaspun sekadar kata-kata nantinya". Ane jalan beberapa kali menemui gerombolan pemuda/pemudi karena pembicaraan mereka keras terdengar serius sekali bahas masalah "cinta", saling sahut saling menanggapi, sementara ane hanya "Ah bukan bahasan menikah, kemungkinan putus begitu besar, coba-coba, gak penting". Saat yang lain begitu menikmati lirik lagu sampai terbawa perasaan sementara saya dari dulu hanya menikmati nada-nada, rima irama atau apalah itu namanya tak peduli liriknya. Saat yang lain bahas kerjaan dan kondisi finansial masa depan sementara saya status di medsos saja masih "Wah

Nonton KMGP

24 Januari, minggu malam yang entah kenapa menjadi terlalu membosankan berdiam diri di kamar kosan meski sedari pagi hingga sore sudah beraktivitas diluar kosan. Maka berangkatlah ane berburu kuliner, target ditentukan, Es Teller. Sesampainya disana terpikirkan rencana selanjutnya adalah nonton maka ane berbelok ke XXI. IP Man 3 ternyata sudah tidak tayang dan jadilah nonton Ketika Mas Gagah Pergi. Kesan KMGP. Ane rasa didalamnya menyajikan realita yang ada di masyarakat bahwa hal-hal yang berkaitan dengan agama jadi sekadar "ilmu jadi orang baik" atau "kisah nabi" dan sebagainya. Ia yang menjadi asing karena kebiasaan yang entah benar-salah-nya belum pasti. Ia menjadi bahan lelucon karena dianggap kuno. Ia terpisah dari bahasan kehidupan.  Barangkali karena ganjarannya tak terindera tak seperti ganjaran berupa materi yang langsung terasa. Tapi ada kalimat menarik, "Setelah belajar mendalami, disitu menemukan ketenangan, kebahagiaan yang sesungguhnya

Cikuray 2821 mdpl

Yoo.. jalan-jalan awal tahun 2016! Ane diajak sama kawan mengawali tahun dengan pendakian ke Gunung Cikuray. Sebenarnya tak benar-benar mengwali tahun sih karena tanggal 1 Januari ane masih ngantor dan hampir pasti gagal naik karena ada kepentingan kantor. Namun Alhamdulillah gak jadi hehe... Entahlah apakah "Alhamdulillah" ungkapan yang baik atau tidak karena kewajiban tanggal 1 Januari itu ane sudah berusaha memenuhi sebisa mungkin tapi ada sebab diluar kuasa ane sehingga tergantikan oleh orang lain. Maka muncullah kesempatan pendakian ini.. :D Kesannya, seperti biasa kalau naik gunung itu gak ada jeleknya selalu ada spesialnya. Cikuray ini bisa menikmati kebun teh dibagian bawahnya dan untuk pemandangan selama perjalanan yang bisa dinikmati menurut saya ya setelah sampai puncak, karena sepanjang perjalanan hanya ditengah-tengah hutan. Jalur hampir seluruhnya naik, gak ada landai memutari bukit misalnya. Jadi dengan kecepatan santai kita tempuh perjalanan dari

Followers