Skip to main content

Setengah Resolusi 2017 - Wae Rebo

Awal tahun saya buat resolusi 2017 yang belum pernah saya lakukan di tahun-tahun sebelumnya, yaa.. buat seru-seruan aja kayaknya asik seperti apa rasanya kalau tercapai :D. Hanya dua yaitu Rinjani dan Wae Rebo. Karena sisa cuti hangus di awal maret sementara Rinjani masih ditutup untuk segala bentuk pendakian maka dipilihlah Wae Rebo.

Berbekal catatan perjalanan hasil gugling estimasi pergi-pulang ke Wae Rebo lihat harga trip mahal-mahal maka jadilah backpakeran saja plus agar bisa lebih menikmati jalan-jalan. Berikutnya adalah ajak kawan-kawan. Seperti yang diperkirakan sebelumnya tak akan ada yang ikut maka setelah menunggu hingga mepet keberangkatan benarlah tak ada yang tertarik haha.. kecuali seorang kawan yang berdomisili di NTT saya kabari berniat tanya-tanya ternyata mau ikut. Meeting point adalah Bandara Komodo, Labuan Bajo.

Hari Pertama 
Adalah mencari penginapan karena kami sampai Bandara Komodo di sore hari. Dengan kondisi tak tau apa-apa bermodal tanya kami dapat penginapan dibelakang bukit yang untuk mencari makan malam saja harus jalan kaki -/+ 3 km menuju pelabuhan dengan kondisi jalan gelap total karena tak ada penerangan. Kami makan di Sentra Kuliner Malam Labuan Bajo (di tepi pantai), menu Ikan bakar. Di akhiri dengan bertemu Bus arah ruteng yang sedang berhenti, setelah ngobrol dan tanya kami sepakat berangkat pagi dan si Pemilik Bus mau menjemput di depan Penginapan :D (ternyata tak banyak penumpang maka sampai dijemput kami). 

Hari Kedua (Labuan Bajo - Ruteng - Desa Denge - Wae Rebo)
Pagi kami berangkat dengan Bus (60 ribu) "jemputan" menuju Ruteng. Selama perjalanan disuguhi pemandangan yang mendamaikan dan sekali kami mampir makan siang bersama seluruh penumpang Bus. Membutuhkan waktu sekitar 4 jam dan itu pun kami tak sampai Ruteng diturunkan di pertigaan yang entah apa namanya dengan kondisi tak tahu harus kemana lagi. Setelah tanya-tanya akhirnya kami naik Ote-ote - kendaraan berbentuk Truk dengan kursi-kursi di bak-nya -  (15 ribu) lalu diturunkan di pertigaan lagi yang entah tak tau juga dimana itu hehe.. dibawa asik saja. 

Setelah itu kita numpang Ojek (150 ribu) karena Ote-ote yang kami tumpangi tak sampai ke Desa Denge. Satu-satunya cara menuju ke Desa Denge adalah naik ojek atau sewa mobil. Sampai Desa Denge biasanya wisatawan menginap di Penginapan Wejang Asih milik pak Blasius Monta, hanya kami memutuskan untuk langsung ke Wae Rebo agar bermalam di sana saja. Oleh tukang ojek kita diantarkan bertemu Porter namanya pak Aloysius (100 ribu) karena untuk ke Wae Rebo kabarnya harus memakai porter dikarenakan sesampainya kita disana kan disambut dahulu oleh ketua suku disana dan Porter inilah perantara kita meminta ijin masuk wilayah mereka. 

Langsung kita berangkat trekking menuju Wae Rebo. Ada 3 Pos, tapi dari Desa Denge ke Pos 1 jalanan sudah beraspal. Mode hemat energi bisa dipakai disini yaitu ngojek (45 ribu) sudah termasuk pulang-pergi kalau mau. Trekking kurang lebih dari Pos 1 ke Pos 2 ditempuh selama 40 menit. Naik sebentar lalu setelahnya adalah trek menurun jadi tak terlalu berat. Melewati Pos 3 jika beruntung tak berkabut dari Pos 3 sudah bisa terlihat Rumah Mbaru Niang Wae Rebo. Lalu sampailah kami ke Wae Rebo.

Pertama dilakukan adalah menuju Rumah Ketua suku diantar Porter kami pak Alo untuk meminta ijin. Selama di dalam lewat penerjemah pak Alo, oleh Ketua Suku kami didoakan agar selamat perjalanan berangkat maupun pulang dan hanya kami balas dengan mengangguk-angguk dan terimakasih karena suasananya sakral sekali ditambah pak Alo yang berbisik ketika berbicara kepada kami. Ternyata itu hanya pikiran kami saja, kami diberitahu setelahnya kalau itu sebenarnya biasa saja bahkan bisa bercanda-canda juga kalo mau :D. Akhirnya kami diijinkan lalu menginap di salah satu rumah Mbaru Niang yang memang dikhususkan untuk pengunjung (325 ribu). Didalam sudah ada beberapa kawan wisatawan lokal maupun asing, waktu itu kami berkumpul dari Indonesia, Arab, Kolombia, dan Meksiko.

Malam kita lewati dengan sajian makanan dari penduduk Wae Rebo, saling berkenalan dan bercanda hingga larut malam. Tak lupa Kopi racikan penduduk wae rebo. Seru sekali pokoknya:D. Oiya disini penerangan di dalam Mbaru Niang menggunakan lampu, lalu sudah disediakan matras tidur, bantal dan juga selimut tebal, dijamin nyaman meski di pegunungan. Kamar mandi sudah dibangun sejak tahun 2016 jadi tak perlu khawatir harus jalan ke Sungai. Mau charge Handphone juga disediakan listrik dari Genset yang akan dinyalakan dari jam 19.00 - 22.00 WITA. Good night all :)

Hari Ketiga (Pulang - Tepi Manggarai Barat)
Puas menikmati Wae Rebo di keesokan harinya, kita pulang dengan rute yang berbeda. Seperti sebelumnya kita cari informasi dan sepakat naik Ojek arah pulang. Sedikit berbeda, kali ini oleh Ojek jalan pulang kita melalui tepi Manggarai Barat karena katanya lebih cepat memotong jalan hanya harus melewati beberapa sungai. Ternyata jalan yang kita lewati jauh lebih indah dari keberangkatan. Kita menelusuri pantai dan disuguhi pemandangan yang benar-benar cantik hingga saya berhenti merekam dan mengambil foto hanya lepas menikmati. Tepi Manggarai Barat. 2,5 jam perjalanan kita bertemu pertigaan menuju Labuan Bajo. Dari sini kita makan siang lalu naik Travel (50 ribu) sampailah ke Labuan Bajo bahkan diantar ke Penginapan :D.

Terima kasih...












mantab!

Comments

Post a Comment

Followers