Perkara cinta itu memang ngeri. Bagi orang yang mengalami, ujiannya pada keputusan apa yang akan diambil apakah rasa takut kehilangan membuatnya tak bersabar lalu berpacaran. Atau mungkin bagi yang bisa menahan tak berpacaran, ujiannya pada bentuk pergaulan yang tanpa deklarasi pacaran pun ternyata sama juga aktivitasnya dengan pacaran.
Terlihat indah memang romantisme orang pacaran. Dan ini nih yang kepikiran dari dulu, barangkali bagi orang yang berusaha menjaga sampai halal tidak akan pernah merasakan romantisme serupa. Tidak akan pernah merasakan bagaimana mempertahankan seseorang, bagaimana rasanya usaha untuk mendekati orang yang disuka, perihal menanya kabar, saling peduli, antar-jemput, dsb yang semuanya selalu berusaha ditampilkan sebaik mungkin.
Bagaimana mau meniru, setelah menikah kemungkinan (*mungkin, karena saya belum merasakan :D) sudah hilang atau minimal berkurang rasa takut kehilangan. Bagi orang yang berpacaran mereka memiliki saingan banyak maka ada semacam usaha agar orang yang disuka tertarik padanya. Tapi bagi pasangan halal mau bagaimanapun dialah istri/suami mu. Bagaimana juga mau tampil terbaik kalau semenjak akad selalu bersama bahkan ketika dirumah dari bangun tidur hingga aktivitas sehari-hari, tak ada yang ditutup-tutupi. Jelek ya terlihat jelek, bagus ya tidak mungkin selalu bagus, semua apa adanya.
Mengetahui seperti itu apakah lalu ingin juga seperti mereka? Nah... Bagaimana kalau itu hanya ujian saja? Sudah disebut diawal "kan terlihat indah kehidupan di dunia", maka dengan segala sesuatu yang memang terlihat indah itu masih ada janji Allah yang Dia tak mungkin ingkari. Bukankah beberapa hal juga berlaku sama? Kita tak pernah tau bagaimana rasanya babi, wine, dsb. Meski terlihat bersahabat, pun tak pernah bisa memelihara anjing (pengecualian manfaat). Lagi-lagi perkara dunia ini semua terlihat indah. Namun, akan indah buah kesabaran itu. Indah yang sebenarnya. InsyaAllah...
Comments
Post a Comment