Skip to main content

Sepi di Keramaian

Gak ngerti mau ngisi blog pake tulisan apa, sudah lama tak berisi. Dahulu apa-apa bisa ane jadikan tulisan, pokoknya setiap kepikiran sesuatu langsung ane tulis karena mungkin ane bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan sesuatu secara langsung. Kebanyakan dari mereka berakhir menjadi status atau tulisan yang entah tersampaikan atau tidak pesan didalamnya saya tak begitu peduli. Kata tes-tes ane tipe INTJ, ya intinya introvert-intovert gitulah.

Bukan berarti tak mau bersosial, hanya semacam tak ingin menjadi beban atau masalah bagi orang lain. Mengungkapkan pendapat seakan menimbulkan tanggung jawab yang aneh bahkan ketika diskusi kelompok semisal mengungkapkan pendapat lalu dipakai menjadi pendapat kelompok, lalu ada masalah pada akhirnya malah berpikir sendiri meski sudah menjadi pendapat kelompok. 

Atau sekadar meminta bantuan saja ane serasa berat sekali sekalipun ke temen sendiri. Pikiran "Ah nanti malah merepotkan, gak usah lah kalau gitu" terus saja muncul padahal temen sendiri sudah berkali-kali memberi saran semisal "kenapa gak minta tolong sih?", dsb. Maka meski jauh saya memilih berjalan kaki/ojek daripada minta jemput. Memilih mengirit makan minum ketika uang pas-pasan daripada meminjam uang. Lagi-lagi semua diawali pikiran "Janganlah, nanti malah merepotkan, siapa tau mereka juga punya masalah yang sama hanya tak bercerita atau sedang mengerjakan sesuatu yang penting meski kelihatannya biasa saja"

Tapi ane menikmati kok. Ini semacam jadi dunia tersendiri bagi ane. Dunia dimana kau berjalan sendiri ditengah keramaian, melihat interaksi sosial sekitar yang kadang lucu, menyedihkan, atau bisa jadi menyenangkan. Dunia dimana tak perlu khawatir dengan manusia menjadikan tak terlalu bergantung pada manusia. Menjadikan kuat dengan berbagai masalah. Suatu ketika ane pernah lapar sekali untuk beberapa hari dan apa yang di pikiran ane adalah, "Dahulu kau pernah mendaki gunung sambil berpuasa, tak masalah lagipula manusia selama masih bisa minum dia bisa bertahan agak lama".

Di banyak kesempatan didalam pergaulan sering sekali menemukan orang-orang yang terlalu "merengek" hanya sekadar untuk memenuhi kepentingan pribadi (kesenangan, kenyamanan, dll). Kata-kata seperti, "Terus saya kesana jalan kaki dong? males ah capek" atau "Lah saya dapat apaan dong?" dsb. Semacam gagal menentukan prioritas mana kepentingan kelompok mana kepentingan individu.

Terus ane lebih baik gitu? haha.. sama sekali bukan seperti itu. Ane hanya prihatin kalau sekadar jalan kaki saja terlalu dipermasalahkan, kadang sampai begitu serius, tidak terima, marah, dll. Begitu juga masalah-masalah minor lainnya yang tak menyentuh "inti" permasalahan. Di sisi lain ane entah kenapa menjadi begitu senang, trenyuh, ketika ada temen yang "sadar" akan masalah inti dan mulai bijak menanggapi masalah minor seperti masalah terkait dunia.

Maka kembali lagi, jika sudah terlalu banyak dicekoki masalah-masalah minor seperti ini, pasang headset, stel murottal, nyessss.... adeeem. Lalu jalan lagi melihat interaksi sosial sekitar atau cari tempat buat rekreasi melepas kepenatan melepas semua hal-hal yang dunia begitu menempel padanya.

Btw, pekerjaan sosial semacam mengajar di daerah terpencil menjadi terlihat begitu menyenangkan, begitu mendamaikan. Dunia dimana mereka sama sekali tak terlihat khawatir hidup apa adanya. Mereka tak peduli dengan "bungkus" yang melekat pada diri mereka tapi mereka membangun diri mereka menjadi diri yang lebih baik bukan bungkus yang lebih baik. :)

Comments

Followers